Bertualang di Kota Kembang [Bagian 1]

Sugar glider bernama Bubble itu sedang tidur ketika saya datang. “Oh ini Stel yang nanti mau lo titipin ke gue?, “Iya, Tin,” ujar Stella, yang hingga saat ini merupakan satu-satunya teman bertualang dan orang yang saya percayai untuk diajak “deep talking”.

 

Demi menempuh pendidikan arsitekturnya, Stella tinggal di Bandung sejak 3 tahun lalu. Ini adalah kesempatan pertama saya untuk benar-benar mengunjunginya, selain sebagai momen refreshing setelah menghadapi UAS, namun juga untuk menjalankan salah satu kebiasaan yang sudah kami lakukan sejak dulu, bepergian bersama.

 

Hari pertama dihabiskan dengan menonton salah satu episode dari serial Inggris bertajuk Black Mirror, lalu pada malam harinya, kami menghabiskan waktu menyantap daging non halal di Sudirman Street bersama dengan dua teman Stella, yakni Stefan dan Hafiz.

 

Esok harinya, kami memulai aktivitas dengan menghadiri perayaan Misa (Katolik) di Gereja St. Laurentius di kawasan Gegerkalong, Sukasari. Ibadah yang khusyuk dan tenang ini menghiasi pengalaman pertama saya menghadiri Misa hingga saya terheran, manusia macam apa yang tega meledakkan bom di tengah ibadah seperti ini.

 

Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi area pejalan kaki yang cukup terkenal di Bandung, Braga Citywalk atau Jalan Braga. Sebelum memulai kegiatan berjalan secara harfiah ini, kami menyiapkan amunisi berupa Ayam Asap Sambal Matah dari Warung de Harmony dan Es Kopi Awan dari Kopi Toko Djawa, serta seperangkat alat foto seadanya, yakni dua iPhone dan satu Xiaomi Note 4X.

Ayam Asap Sambal Matah dari Warung de Harmony, yum!

 

Pedagang lukisan berjejer di sepanjang Jalan Braga, menjajakan hasil karya visual dengan model gambar yang saling menyerupai, yakni pemandangan laut, sawah, gunung, atau hewan dan tumbuhan seperti ikan dan bunga. Di sanalah kami turut melukis kenangan dengan memotret hampir setiap hal yang tampak, didukung dengan tinta alami, yaitu cahaya matahari.

 

Gedung Kantor Cabang Pusat Bank BJB di Jalan Braga

Di sela-sela tur pendek ini, Stella berujar, “Model gedung ini (Kantor Pusat Bank BJB) namanya Art Deco, karena ada tembok tebal buat pemisah antarlantainya. Nanti di depan sana ada hotel namanya Savoy Homann, di situ ada menara yang mirip kayak gedung ini. Dulu, tempat itu dipake orang-orang Belanda buat mata-matain musuh, kalo ada orang Indonesia yang mau nyerang, bisa langsung ditembak dari sana,” lalu saya merasa agak ngeri namun kagum membayangkan strategi mereka.

 

(Lanjut ke Bagian 2)

0 thoughts on “Bertualang di Kota Kembang [Bagian 1]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *