Imlek: Tradisi Penuh Makna

sumber: antvklik.com

Musim semi sudah datang! Inilah saatnya bagi para petani di China untuk segera melakukan perayaan besar. Festival kebudayan ini sudah menyebar hingga ke Indonesia, Tahun Baru Imlek namanya. Di China, festival ini diadakan untuk merayakan hari pertama musim semi.

Tak hanya masyarakat etnis Tionghoa, namun hampir seluruh kota besar di Indonesia turut memeriahkan acara kebudayaan ini. Misalnya rangkaian ornamen yang didominasi warna merah dapat kita lihat meramaikan tempat tertentu seperti pusat barang grosir (khususnya Jakarta Pusat), bank, hingga beberapa pusat perbelanjaan.

Bagi etnis Tionghoa sendiri, momen Imlek digunakan sebagai kesempatan untuk bertemu dan bercengkrama dengan anggota keluarga yang jarang ditemui. Nah, saya yang sudah merayakan Imlek sejak kecil pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Yap, angpao!

Amplop khas berwarna merah yang biasanya dihiasi oleh motif atau gambar lucu ini memiliki daya tarik tersendiri untuk setiap orang. Mulai dari desain hingga jumlah isi angpao adalah hal yang disukai setiap orang yang menerimanya.

Selain angpao, masih banyak aksesoris lain yang “menghiasi” Tahun Baru Imlek, sepertibarongsai, pakaian baru berwarna merah, pohon dengan bunga sakura yang diberi hiasan angpao, lampion kertas yang digantung di langit-langit rumah, dan tak lupa, ragam hidangan khas Tionghoa yang disajikan dalam jumlah besar.

sumber: surabayatimes.com

Hidangan Khas Imlek
Perayaan Imlek berlangsung selama 2 hari atau lebih, tergantung seberapa banyak keluarga yang harus dikunjungi. Di hari pertama, tuan rumah yang melakukan open house biasanya menyajikan banyak makanan ringan (snack) hingga makanan berat.

Makanan khas yang wajib ada saat Imlek adalah beragam jenis kue kering, seperti kue nastar, kue putri salju, kastengel, lidah kucing, dan kue kacang. Selain itu, hidangan utama yang biasanya terdiri dari mi, seafood, dan berbagai jenis daging halal dan non halal pun tak boleh ketinggalan.

Tak hanya beragam, beberapa makanan khas ini juga memiliki nilai tersendiri. Contohnya adalah kue nastar yang melambangkan keberuntungan. Berasal dari Bahasa Hokkian, “ong lai” yang secara harafiah berarti pir emas, kue nastar juga berarti keberuntungan datang. Warna emas yang terpancar dari kue nastar, serta lembut dan manisnya nanas dalam balutan adonan kue melambangakan rezeki berlimpah. Semakin banyak isi nanas, semakin berlimpah juga rezekinya.

Selanjutnya ada mi goreng yang berarti anugerah umur panjang, kebahagiaan, dan rezeki melimpah bagi setiap orang yang memakannya. Selain kue dan hidangan utama, ada juga jeruk yang disajikan bersama daun dan tangkainya. Jeruk yang berwarna emas dan agak berat diartikan sebagai emas, sedangkan adanya tangkai dan daun berarti kemakmuran dan kesejahteraan yang akan selalu tumbuh.

sumber: asumsi.co

Ritual Keagamaan
Tahun Baru Imlek identik dengan ritual salah satu agama yang diakui di Indonesia, yakni agama Budha. Saat hari pertama Imlek, umat Budha biasanya mengunjungi kelenteng atau vihara di pagi hari untuk melakukan sembahyang kepada leluhur. Setelah itu, akan ada beberapa anak remaja yang menampilkan pertunjukkan barongsai di sekitar kelenteng atau vihara.

sumber: kelanakota.suarasurabaya.net

Kata “barongsai” berasal dari gabungan 2 bahasa, yakni Bahasa Bali dan Tionghoa dialek Fujian (Hokkien). Secara etimologis, barongsai terbagi menjadi 2 kata, “Barong” (Bali) dan “Sai” (Tionghoa), yang sama-sama berarti “singa”.

Wu Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya Zhongguo de Fengsu Xiguan(Taipei, 1977) mengatakan bahwa bangsa Tionghoa adalah bangsa yang mengutamakan kebersamaan dan tidak bersifat individualis. Pertunjukkan barongsai yang melibatkan belasan orang adalah salah satu contohnya. Setiap pemain barongsai memiliki tugas masing-masing.

Tidak ada tugas yang tidak lebih penting dari yang lainnya. Satu tim barongsaimembutuhkan 2 hingga 3 orang untuk membawakan tarian dengan kostum singa, lalu ada anggota lain yang memainkan alat musik khas, seperti simbal (cai-cai), gong (nong), dan tambur. Setiap anggota tim harus saling kompak memberikan pertunjukkan, di sanalah kerja sama dan kekompakan dibutuhkan.

sumber: telegraph.co.uk

Perayaan Pasca Imlek
Selama seminggu sejak hari pertama perayaan Imlek, masyarakat etnis Tionghoa tidak diperbolehkan untuk menyapu atau membersihkan rumah mereka. Konon katanya, jika kita menyapu rumah berarti menyapu (mengusir) rezeki yang datang saat Imlek berlangsung.

Lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek, ada perayaan lagi yang dirayakan, yaitu Cap Go Meh. Secara harafiah, Cap Go Meh berarti “lima belas malam”, berasal dari dialek Hokkien. Ini adalah hari terakhir perayaan Imlek, di mana etnis Tionghoa melakukan tradisi makan onde dan kue keranjang.

Kue onde yang berbentuk seperti bola dengan taburan biji wijen di luarnya akan mengembang ketika digoreng, ini melambangkan keberuntungan yang semakin bertambah seiring “dimasak”, sedangkan kue keranjang atau “Nian Gao” yang berarti kue tahunan juga mempunyai artinya tersendiri.

sumber: indonesia-tourism.com

Secara filosofis, kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat lengket memiliki arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu. Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita dan kegembiraan.

Bentuk kue yang bulat dan tak bersudut juga mempunyai maknanya tersendiri, bentuk ini melambangkan hubungan keluarga yang tidak melihat ada yang lebih penting selain keluarga dan akan selalu bersama tanpa batas waktu.

Imlek – Tradisi Penuh Makna
Zaman boleh berubah, generasi akan berganti seiring waktu, umur akan semakin berkurang yang berarti momen berkumpul kembali dengan sanak saudara akan berkurang, namun sifat tahan lama kue keranjang dapat mewakili pesan yang harus diingat setiap generasi etnis Tionghoa; hubungan keluarga akan tetap abadi meski zaman sudah berganti.

TH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *