Oleh Tristin Hartono (14150098)
Sang surya telah membenamkan diri di ufuk barat, menandakan sore hari telah tiba, waktunya kedai-kedai pinggir jalan di bilangan Kelapa Gading memulai aktivitas. Kebalikan dari para pekerja yang menyelesaikan pekerjaan dan pulang ke rumah, para pekerja di sini memulai aktivitas mencari peruntungan mereka di sore hari.
Salah satu kedai dengan area bengkel sebagai latar belakang menarik perhatian saya untuk mencicipi keunikan rasanya. Adalah Kedai Abnormal yang biasa menyajikan mi instan dengan rasa pedas berlevel namun diperlengkap dengan konsep unik.
Canda tawa tetap mengalir di setiap peluh yang menetes, senyuman pun tak pernah absen dari wajah mereka, rasa hangat kekeluargaan sangat terlihat di antara para pekerja kedai yang memulai aktivitasnya mulai pukul 7 malam ini. Mereka mempersiapkan diri seiring bertambahnya parkiran kendaraan di pinggir jalan.
Suasana masih terlihat agak lengang ketika saya dan teman-teman menapakkan kaki di tempat ini, kursi nomor empat dipilih sebagai arena untuk menguji kekuatan. Tak lama setelah kami duduk, kursi-kursi lain mulai dipenuhi oleh pengunjung.
Pelayan mulai membagikan bon dan sebuah pen untuk diisi dengan menu yang sudah dapat dipilih sendiri. Menu yang tergeletak di atas meja mempermudah pengunjung untuk memilih dan menulis menu yang hendak mereka nikmati. Nantinya, pesanan kami akan diambil tepat mulai pukul 7 malam.
Tidak hanya letak tempat yang unik, kedai ini juga dilengkapi dengan meja yang berbeda dengan kedai lain. Meja yang digunakan hanya selembar kayu tipis dicat hitam dengan keempat kaki berwarna serupa. Atap berupa terpal berwarna kuning menjadi pelindung bagi pengunjung ketika hujan.
Penantian pun berakhir, setelah menunggu kurang lebih 15 menit, makanan kami akhirnya datang. Semerbak mi instan terasa ketika pelayan menaruh kuali berdiameter 15 cm dan panci kecil berisi mi yang melewati wajah saya ke arah meja. Tidak hanya mi goreng, mi kuah pun terlihat menggugah selera.
Inilah salah satu keunikan lain dari Kedai Abnormal. Tidak ada mangkuk atau piring yang digunakan sebagai wadah untuk makanan, namun mereka menyajikan langsung di panci untuk mi kuah, dan wadah kuali untuk mi goreng.
Pesanan saya datang terakhir, yaitu “Indomie Goreng Abnormal Level 3 + Keju” (lihat Featured Image di atas). Hmm, rasa penasaran pun menjadi-jadi ketika saya melihatnya secara langsung. Dipercantik oleh sayuran hijau, telur urak-arik di ujung kuali, dan parutan keju menggunung di atasnya, membuat mi dan sambal akhirnya “tersembunyi” dari penglihatan.
Rasa lapar saya lantas memuncak ketika menyadari adanya pangsit goreng di bawah keju, sendok saya pun segera menyambar, memecah pangsit tersebut dan sumpit mulai memungut remah-remahnya bersama dengan keju yang sedikit menggumpal. Setelah selesai icip-icip penghias mi, waktunya saya menuju hidangan utama.
Sebenarnya saya kurang suka dengan makanan kekinian yang ekstrim seperti ini, namun rasa penasaran mengalahkan semuanya itu. Agar tidak terlalu terasa pedas, saya mengaduk isi kuali tersebut supaya rasanya tercampur. Lalu akhirnya sejumput mi mendarat di sumpit hijau saya.
Ketika masuk ke mulut, saya mencari rasa keju yang seharusnya tercampur, namun ternyata, rasa asin dan pedas dari perpaduan mi dengan sambal mengalahkannya. Lidah saya terasa agak “syok” karena sudah lama tidak merasakan makanan yang sangat pedas. Akhirnya rasa pedas dan asin mendominasi mulut saya.
Benar saja, mata saya mulai berkaca-kaca dan terlihat butiran air yang menggenang lalu jatuh ke pipi. Saya pikir saya akan menyerah, namun ternyata rasa pedas yang nagih membuat saya terus melahap setiap suap mi hingga habis.
Keunikan selanjutnya terdapat pada minuman yang disajikan. Ada dua pilihan ukuran di hampir setiap judul minuman, yakni “Normal” dan “Abnormal”. Tak hanya itu, dalam daftar, bisa juga kita temui judul minuman yang unik, seperti Sunlight, Lifebuoy, bahkan Kobokan.
“Untuk yang abnormal, dia minumnya di bucket atau di ember,” jelas Rizki, salah satu pelayan Kedai Abnormal ketika kami wawancarai,” wajah sumringahnya membuat pelanggan merasa dianggap seperti teman mereka sendiri.
“Untuk kobokan sendiri (dibuat dari) perasan jeruk nipis, di-mix sama gula secukupnya, kemudian untuk Lifebuoy, (isinya) ada Marjan cocopandan, tambah perasan jeruk nipis, ditambah biji selasih, untuk Sunlight (berisi) Marjan melon tambah irisan jeruk nipis,” imbuhnya.
Sejarah Kedai Abnormal
Kedai Abnormal dibuka sejak 24 September 2014 oleh empat orang yang menginginkan tempat nongkrong untuk melepas penat setelah bekerja, dua di antaranya memegang kendali di Kelapa Gading, yakni Reinhard dan Noveria. Mereka akhirnya berencana untuk membuat usaha baru daripada hanya nongkrong dan menghabiskan uang.
Nama “Abnormal” sendiri dipilih karena unik. “Untuk pendapat saya sendiri, ya, karena terlihat dari pekerjanya sendiri tuh, dia (pelayan) memiliki ciri khas masing-masing, ada yang, ya seperti yang terlihat lah pokoknya (bertato, perokok, putus sekolah), agak nggak normal gitu lah, bagian kehidupan dan kepribadiannya,” ujar Rizki.
Sejak mulai dibuka 2 tahun lalu, kini Kedai Abnormal sudah memiliki cabang. Berpusat di Kelapa Gading, mereka juga membuka cabang yang masih dalam kotamadya Jakarta Utara, yakni di daerah Muara Karang.
Harga hidangan terjangkau yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu hingga Rp35 ribu menjadi magnet bagi para pemburu makanan unik untuk mencoba hidangan dari kedai ini. Oleh karena itu, pengunjung yang datang bervariasi, mulai dari kalangan remaja, dewasa, bahkan keluarga yang membawa anak kecil.
Tak hanya mi pedas berlevel, disini juga tersedia roti panggang bertekstur lembut namun garing dengan berbagai rasa yang siap menggoyang lidah Anda, harganya pun cukup worth it, yakni mulai Rp8 ribuan.
Tertarik mencoba? Saya menyarankan agar Anda datang beberapa menit sebelum pukul 7 malam, karena tempat duduk di kedai ini sangat cepat terisi. Jangan lupa, ajak orang-orang terkasih Anda untuk saling berbagi rasa, canda, dan tawa. Selamat mencoba.
TH